Rabu, 21 Mei 2014

Kenangan Pengisi Kultum di Lapas Kota Metro

Beberapa tahun yang  lewat, tatkala mendapatkan mandat organisasi mahasiswa kebetulan saya ikut PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Cabang Metro, Lampung ada satu kenangan yang tak pernah bisa dilupakan ketika saat itu menjadi pengisi Kultum (Kuliah Tujuh Menit) di Lapas Metro setelah kegiatan shalat tarawih berjamaah dilaksanakan.

Ada kesan mendalam sejak mandat itu diberikan, rasa ragu, takut, was-was, apakah anak muda kemarin sore ini bisa memberikan tausyiyah di hadapan orang-orang yang notabene dianggap “maaf” sampah masyarakat dengan latar belakang kejahatannya di dunia nyata. Entah sebagai pencuri, pencopet, penjambret, pemerkosa, bahkan ada yang lebih ekstrim lagi seorang pembunuh yang sudah tentu mereka adalah “menurut  khalayak umum” merupakan orang yang sadis, kejam dan tidak bisa baca tulis apalagi mengenal agama.

Tapi, anggapan saya waktu itu amat jauh dari prasangka negatif tadi, ternyata mereka yang ada di Lapas “walaupun tidak semua ikut shalat jamaah” ternyata mahir dan fasih dalam membaca dan melaksanakan Shalat, walaupun saya tidak memperhatikan dengan seksama karena dalam kondisi shalat tapi ternyata mereka begitu khusuk tekun dan benar-benar melaksanakan shalat dengan tertib. Dan anehnya ternyata anggapan saya bahwa mereka sadis dan tidak menerima orang lain masuk ke dalam kehidupan mereka adalah salah bahkan mereka menerima kedatangan saya dengan ramah dan baik hati.
Memang semua orang menganggap Lapas adalah kumpulan orang-orang yang rusak, atau bahkan lebih ekstrim mereka menyebutnya sampah masyarakat, padahal jika kita mau mengamati dengan seksama orang-orang yang ada di Lapas justru dipenuhi orang-orang yang fasih membaca Al-Qur’an dan pandai melaksanakan shalat. Bahkan ada juga di antara mereka yang ahli ibadah, guru ngaji dan bisa jadi tokoh masyarakat yang disegani.

Anggapan mereka sebagai sampah masyarakat yang harus dijauhi adalah sangat keliru. Karena banyak juga orang-orang yang dahulunya seorang penjahat tapi tatkala mendapat hidayahNya ternyata mereka berubah menjadi seorang tokoh agama yang disegani seperi halnya tokoh Gito Rollies yang seorang mantan pemakai narkoba tapi alhamdulillah meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Anton Medan yang kini menjadi manusia yang taat. Ada juga Mike Tyson yang ternyata mendapat hidayah dan memeluk Islam ketika menjalani hukuman karena tuduhan pelecehan seksual dan berganti nama menjadi Malik Abdul Aziz dan sederet tokoh-tokoh yang menggeluti dunia kejahatan tapi ternyata justru menjadi orang-orang yang benar-benar lurus.

Sebenarnya ketika melihat seseorang dari sisi buruknya pasti semua kebaikan yang pernah dilihatnya akan tertutup rapat sehingga yang ada justifikasi dan generalisasi bahwa semua narapidana memang jahat padahal di antara mereka kadangkala korban fitnah, dan ulah keji pemegang kekuasaan karena gerak gerik kotornya mulai tercium seperti halnya mantan ketua KPK Antasari Azhar kebetulan divonis bersalah membunuh Nasruddin Zulkarnain oleh majelis hakim padahal bukti-bukti yang dituduhkan tidak akurat dan terkesan mengada-ada.

Semua orang boleh memvonis orang salah, tapi semuanya merupakan jalan terbaik yang diberikan Tuhan kepada hambanya siapa saja yang berhak menjadi hamba-hamba yang selamat. Biarkan hidup mereka jalani dalam jeruji besi mungkin dengan jalan itulah hidayah akan turun pada mereka dan mereka menjadi hamba-hamba yang bermanfaat. Aamiin (maa)

Tidak ada komentar: