![]() |
Sumber: panduan guru.com |
Jokowi Presiden, Tunjangan Kesejahteraan Guru Dicabut. Black Campaign?
Oleh: M. Ali Amiruddin, S.Ag.
Oleh: M. Ali Amiruddin, S.Ag.
Sore kemarin lusa (21/05) kayaknya saat yang tak biasanya.
Hati yang biasanya riang gembira mendadak gundah-gulana. Jiwa yang biasanya
adem ayem dan tenang seperti di dalam surga ee ternyata harus terusik dengan
berita. Berita aktual entah gosip ya? Karena sekarang sulit membedakan berita
aktual atau justru gosip. Berita jujur atau settingan. Tapi saya tidak langsung
menaruh curiga atau negatif thinking.
Yang penting saya denger dulu apa berita yang dimaksud.
Tepat pukul 17.00 ibunya anak-anak tiba-tiba melontarkan
berita yang sedikit banyak membuat saya sedih. Sedih bukan karena sang istri
minta dicerai atau menggugat pisahan, tapi sedih di sini karena beritanya
menyangkut capres yang bodinya kurus tersebut. Ialah Jokowi capres yang diusung
oleh PDIP, Hanura, PKB. Dan sampai saat ini pemberitaan tentang Jokowi masih
berlanjut dan cukup hits di pasaran berita nasional. Sama hitsnya dengan
pemberitaan mengenai Prabowo Subianto yang juga sama-sama ingin menjadi Calon
presiden.
Tapi ntar dulu, saya nggak mau ngomongin tentang pencapresan
beliau berdua. Tapi yang saya perhatikan justru tatkala muncul slentingan,
berita, gosip atau issu yang mengatakan bahwa guru-guru di Lampung Tengah nggak
mau mencoblos Jokowi, mereka beralasan karena kalau Jokowi jadi presiden maka
tunjangan kesejahteraan guru akan dicabut. Entah ini berita bohongan,
settingan, atau black campaign yang sempat memanas di Kompasiana dan sampai
saat ini berita tentang kampanye hitam ini masih saja berlanjut.
Terang saja, setelah mendengar berita tersebut saya langsung
gugup, diam, kecut dan tentu saja gundah gulana seperti orang yang putus cinta
(kayak ABG). Saya terdiam dan mulut tak lagi berucap, terkunci rapat, diam
membisu. Dalam alam pemikiran saya menerawang sambil tertegun wah bisa-bisa ada
yang meradang nih dengan berita ini. Tidak hanya saya tapi ribuan guru yang ada
di Kabupaten ini pun akan ikut khawatir jika berita ini aktual dan faktual.
Jujur saja, bagi guru, issu ini memancing reaksi yang beragam
dan akan berdampak besar bagi citra Jokowi kedepannya. Apalagi, sebentarlagi
pemilu Capres akan berlangsung. Maka kemungkinan besar pemilih tetap dari unsur
guru akan memilih abstain atau berpindah ke lain hati dan tidak lagi menentukan
pilihan mereka pada sosok Jokowi.
Tidak hanya guru yang tidak memilih Jokowi + JK, tapi
keluarga mereka akan menarik diri dari pilihan tersebut dan akan menguntungkan
Prabowo Subianto yang dianggap membela para guru.
Meskipun berita ini hanya issu miring dan cenderung saya
katakan sebagai black campaign (kampanye hitam) pra pilpres, tapi berita ini
membuat masyarakat Lampung khususnya menjadi bingung dan goncang. Implikasi
terbesarnya adalah bisa-bisa Jokowi akan ditinggalkan pemilihnya karena
kampanye hitam ini. Berita ini memang belum mendapatkan konfirmasi yang pasti
benar dan tidaknya, paling tidak suara dari para abdi negara ini yang
seharusnya diperoleh Jokowi & JK, maka bisa membuat buruk peroleh suara
mereka. Dan cenderung melorot tajam meskipun PDIP mendapatkan suara yang
tinggi.
Black
Campaign Terhadap Ruang Demokrasi
Saya tidak berfikir secara parsial siapa saja yang menjadi
korban kampanye hitam tersebut. Karena, siapa yang membuat berita miring atau
issu negatif cenderung menjatuhkan lawannya. Tak peduli berita-berita tersebut
adalah fitnah belaka.
Tidak hanya tokoh yang difitnah yang mendapatkan kerugian
secara materi maupun immateri, karena masyarakat yang tak memahami politik pun
menjadi korban. Mereka menjadi terjajah dan terpaksa memilih seseorang karena
gosip-gosip murahan yang sengaja disebarkan oleh kelompok tertentu.
Sebut saja issu tentang Prabowo, katanya jika Prabowo menjadi
Presiden maka kebijakannya seperti orba, ketika ada reaksi beragam di
masyarakat maka presiden akan melakukan tindakan represif dengan menculik
mahasiswa dan tokoh politik yang dianggap bersebrangan. Padahal issu ini
dikembangkan dengan tujuan menjatuhkan kredibilitas Prabowo di mata publik.
Tak hanya menjatuhkan kredibilitas beliau, karena nama baik
dan prestasinya semakin tak terlihat. Yang tampak adalah kesalahan masa lalu
dan selalu diungkit-ungkit menjadi mimpi buruk. Sebuah sikap pengecut para
penyebar issu negatif dan ulah politisi yang doyang kampanye hitam.
Mereka berusaha menjatuhkan tokoh lain dengan issu-issu yang
mengangkat dendam lama demi sebuah citra buruk dan menjatuhkan nama baik.
Masyarakat pun akan bisa menilai, bahwa berita-berita
tersebut sengaja dihembuskan untuk memperkeruh suasana atau justru hanya intrik
politik buruk para politisi dan timses kalap.
Issu kedua tentang Jokowi, katanya Jokowi adalah keturunan
China dan teman-temannya para zionis israel. Sehingga masyarakatpun menjadi
gamang akibat issu ini. Meskipun demikian andaikan benar Jokowi keturunan China
pun hakekatnya tidak salah karena Indonesia memiliki banyak etnis termasuk
etnis China. Namun demikian issu tersebut langsung ditanggapi dengan pengakuan
bahwa Jokowi adalah orang Jawa Tengah asli begitu juga istrinya yang berkuliah
di UGM.
Semua bentuk kampanye hitam untuk memenangkan kompetisi
adalah tindakan tercela,meskipun dalam politik semuanya bisa dilakukan, tapi
etika dan kepatutan pun seharusnya jangan ditinggalkan.
Banyak tokoh yang meraih kepopuleran dan sukses bukan karena
kampanye hitam. Mereka murni berkarya dan berinovasi untuk Indonesia dan
karya mereka dapat dinikmati semua
orang.
Apakah
politik identik dengan kampanye hitam?
Politik adalah siasat, cara dan teknik agar dapat memenangkan
kompetisi. Meskipun cara yang tak patut pun tidak dibenarkan dengan alasan
etika kepatutan. Namun faktanya banyak politisi yang bermain.
Politik bisa menjadi sumber bencana jika diniatkan dan dilakukan
dengan cara-cara yang kotor. Begitu juga sebaliknya. Teramat rendah sebuah
politik yang bertujuan untuk kebaikan jika harus dikotori dengan politik yang
nista.
Pertanyaan apakah politik identik dengan kampanye hitam,
tentu saja dikembalikan kepada para pelakunya. Meskipun sejarah mencatat tak
adapolitik yang jujur karena semua menggunakan cara-cara yang bertujuan
memperoleh kemenangan. Namun, jika kampanye hitam sudah dianggap sebagai
tradisi untuk menang maka alamat buruk dari sebuah sistem demokrasi. (maa)
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar