Demo santri terhadap umpatan "sinting" Fahri Hamzah terhadap keinginan Joko Widodo menjadikan tanggal 1 Muharam sebagai Hari Santri se-Indonesia sebagaimana permintaan para santri.(antaranews.com) |
Saya
kembali dikejutkan dengan berita yang berkembang. Selain berita yang berkembang
di tengah masyarakat, opinipun kembali menyeruak di tengah-tengah media massa
maupun media sosial.
Sayang
sekali beritanya justru berita negatif. Fahri Hamzah dalam cuitannya di twitter
tanggal 27 Juni yang mengatakan “sinting” pada Pak Jokowi karena Pak Jokowi
mendukung dan mengapresiasi ditetapkannya tanggal 1 Muharram sebagai hari
santri. Tentu saja para santri menjadi senang dan bangga karena aspirasinya
didukung oleh Capres nomor 2 ini. Meskipun, para santri bereaksi dan meminta
Fahri Hamzah meminta maaf lantaran dianggap menghina para santri ini.
Entah
kelewat semangat membenci Jokowi atau saking stres karena mendapatkan
tekanan-tekanan dari media. Seperti ungkapan narasumber tatkala diwawancarai
Metro TV pagi tadi.
Seorang
politisi PKS yang juga menjadi mitra koalisi Prabowo-Hatta ini justru menebar
racun kebencian bagi kubunya sendiri. Sejak pertama kemunculannya di beberapa
event dan acara di media elektronik, ternyata Fachri Hamzah yang katanya
seorang Doktor ini sengaja membuat masyarakat resah dan terkesan membela sebuah
kejahatan. Tak pelak karena segala ucapannya sering keluar dari ranah
“kewarasan” banyak kalangan yang membenci sepak terjang pentolan PKS ini.
Saya
menduga, selain karena beliau kecewa kenapa Jokowi dibela banyak kalangan baik
dari kalangan militer sampai tukang cuci, ternyata Jokowi mampu melangkah lebih
cepat dalam mengambil sikap. Tentu saja kubu Prabowo menjadi semakin kehilangan
moment-moment penting. Bagaimana mungkin Prabowo semakin dicintai kalangan NU
yang notabene banyak yang berasal dari pesantren jika kata-kata dan sikapnya
justru kontraproduktif. Bukannya mencari simpati dari wong pondokan tapi justru
seperti menyulut kebencian kepada warga pesantren ini.
Mungkin
saja dugaan saya salah, dan saya mencoba untuk tidak menyerang balik atau
memfitnah Fahri Hamzah karena pernyataan konyol tersebut. Tentu saja karena
saya sadar tak pantas untuk menjelekkan orang atau golongan lain, karena amat
dibenci oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW. Selain karena saat ini tengah
menjalankan ibadah puasa, juga karena mencoba untuk tidak emosional dengan
membalas secara membabi buta.
Saya
dan masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam pun mengetahui bahwa Fahri
Hamzah adalah seorang yang fasih membaca Al-Qur’an dan memahami tentang
hadits-hadits Nabi. Tapi kenapa ya beliau menyatakan sesuatu yang justru jauh
dari kesan bahwa umat Islam mengikuti ajaran nabi. Betapa gamblangnya Al-Qur’an
menjelaskan bahwa “Yaa
ayyuhalladzina Aamanu laa yasghor qoumun min qoumin ‘asaa a ayyakuna khoirum
minhum” (QS Al Hujurat ayat 11). “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan laki-laki menghina sekumpulan yang lain. karena bisa jadi kaum yang
dihina itu lebih baik dari yang menghina” . Dengan kacamata
saya sebagai orang awam, hakekatnya perbuatan menghina, melecehkan, menghujat
dan memfitnah bisa jadi justru akan membuka borok orang-orang yang
melontarkannya. Atau orang yang dijelek-jelekkannya dengan kata-kata “sinting”
bisa jadi memiliki kepribadian yang lebih baik dan lebih waras dari orang yang
menjelek-jelekkan.
Bahkan
ada banyak hadits yang jelas-jelas melarang seseorang menghina,
menjelek-jelekkan dan merendahkan saudaranya karena para pelakunya akan
menanggung dosa dari orang yang dihina bahkan lebih dari itu si penghina
disebut sebagai orang yang fasik.
Dengan
kata lain, secara tidak langsung bapak Dr. Fahri Hamzah sudah meninggalkan
ajaran nabinya bahwa menghina itu tidak diperkenankan karena sama halnya
menghina ciptaan Allah SWT.
Dan lebih dari itu dengan hinaan itu pak Fahri Hamzah sama seperti membunuh
saudaranya yang seagama. Sekali lagi Fahri Hamzah apakah lupa? Dan apakah Fahri
Hamzah tak ingat lagi bahwa beliau seorang politisi partai yang berkedok Islam?
Bahkan partai ini yang selalu mengatakan bahwa partainya paling Islami. Yang
lebih aneh lagi saat kan beliau masih menjadi anggota legislatif yang
sepatutnya menjadi panutan masyarakat yang diwakilinya.
Tentu
saja, karena status “sinting” yang ditujukan pada pak Jokowi mendapatkan reaksi
keras dari kalangan pesantren, sumber.
Para santri tersebut tidak hanya kecewa dengan tokoh PKS ini, tapi lebih dari
itu mengecam tindakan beliau karena sangat melecehkan. Dan sepatutnya Fahri Hamzah
meminta maaf kepada seluruh santri di Indonesia. Terlebih-lebih pada pak
Jokowi.
Dan
tentu saja semua santri dan pengasuh pondok pesantren sedikit banyak akan
semakin menjauhi kubu Prabowo-Hatta karena sikapnya yang seperti tidak
berpendidikan. Mereka berilmu tinggi sejatinya sangat lemah dari pemahaman.
Pada posisi ini, tentu saja Jokowi-Jusuf Kalla semakin tenar dan semakin
mendapatkan pengaruh yang tinggi dari kalangan pesantren. Meskipun mungkin ada
juga kalangan pesantren yang masih setia pada Prabowo-Hatta karena tidak
terlalu menggubris umpatan Fahri Hamzah ini.
Dari
status tersebut, mata umat Islam pun akan semakin terbuka, bahwa tidak menjamin
sosok yang “katanya” islamis dan selalu menggunakakn ayat-ayat Allah dapat
dianggap mencerminkan sebagai muslim sejati. Dan sangat keliru bahwa ketika
melihat Jokowi yang sederhana dianggap sebagai seseorang yang tidak menjalankan
agamanya.
Karena
status ini, Fahri Hamzah dapat dituntut sesuai dengan undang-undang no 42 tahun
2008 tentang Pilpres pasal 41 ayat 1 huruf C, bahwa pelaksana, peserta dan
petugas kampanye dilarang menghina seseorang, agama, suku ras, golongan calon
lainnya.
Yang
pasti, sikap beliau sudah jauh dari etika dan kepatutan sosok wakil rakyat dan
umat Islam, yang justru tidak menjadi contoh bagi rakyatnya serta tidak
memberikan pendidikan dalam berdemokrasi secara santun dan beradab. Semoga
masyarakat Indonesia semakin tersadar bahwa kehidupan damai dan kenyamanan
dalam berdemokrasi harus diawali dari kebaikan dahulu dari diri sendiri tanpa
aksi curang dan melontarkan fitnah pada orang yang tidak bersalah.
Mohon
maaf jika ada kata yang kurang berkenan.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar