Tulisan
ini lahir dari
sederet pertanyaan-pertanyaan kecil dalam hati dan benak saya, kog tiba-tiba
dia bisa berubah dan begitu yakin dengan Joko Widodo? Padalah dulu-dulu dia
sangat mengidolakan Prabowo Subianto. Apa pengaruh alam, atau justru wangsit (hidayah) dari Allah
yang telah menunjukkan jalan terbaikNya? Bahkan saking keukeuhnya mempertahankan
argumennya, tak jarang pula kami bersilang pendapat mengenai Capres-Cawapres
pada Pilpres 2014 ini.
Singkat
cerita, kira-kira lebih sebulan ini kami berdebat serius tentang
capres-cawapres yang saat ini tengah berkompetisi. Maklum saja, karena latar
belakang kami berbeda dalam soal pandangan politik, juga karena waktu Pileg
kepentingannya ingin partai berlambang matahari itu menang. Maklum saja, beliau
didaftarkan sebagai Caleg dari PAN yang katanya untuk menutup kuota perempuan
di wilayah Kota Metro. Meskipun foto-fotonya sudah berjejer di jalan-jalan
desa, namun memang persaingan politik yang berat dan kejam, sang istripun harus
kalah. Kalah uang dan kalah pengaruh.
Kekalahannya
bukan karena memiliki rekam jejak buruk, tapi minim budget, sehingga menyerah
kalah tatkala serangan fajar mengepung daerah pemilihannya. Rasa kecewa sudah
pasti, tapi melihat suhu politik sudah tak bersih lagi, istripun mengakui bahwa
beliau memang tak layak menjadi wakil rakyat. Dan namanya pun harus tenggelam
oleh caleg yang berduit karena itulah senjata paling ampuh memenangkan Pileg
tahun ini, paling tidak untuk saat-saat ini. Entah kalau lima tahun mendatang
apakah uang selalu menjadi senjata paling ampuh? Entahlah.
Terlepas
dari kekalahan beliau, karena kesederhanaan dan ketidakmampuan dalam membeli
suara pun saya menduga memang saat itu sangat gandrung dengan sosok yang sudah
digadang-gadang menjadi capres dari partai Gerindra, sebelum Capres ini diusung
oleh koalisi parpolnya.
Tentu
saja alasannya sederhana, Prabowo dianggap sosok yang sangat tegas, karena
beliau berlatar belakang militer. Dan istri saya beranggapan jika negeri ini
dipimpin militer “ala orde baru” pasti aman. Padahal menurut saya tidak juga.
Terbukti di bawah kepemimpinan pak SBY gerakan sparatis masih saja gentayangan.
Tidak hanya gerakan sparatis para begal dan perampok jalanan pun masih berkeliaran
dengan bebasnya. Paling tidak, antara lain isi debat kami tatkala membicarakan
capres yang ingin dipilih. Beliau selalu mengatakan bahwa pak Prabowo hebat dan
gagah pasti bisa menyelesaikan persoalan negeri ini.
Begitu
pula ketika sang istri membicarakan Pak Joko Widodo, beliau selalu mengatakan
bahwa pak Jokowi itu nggak tegas, kurus, bukan militer dan katanya beliau gagal
membangun Jakarta. Sewaktu itupun saya selalu berdebat mengenai persoalan ini.
Namun dalam batin saya, “Lah ya
wajar membenci pak Jokowi kan partainya ibu rifalnya partainya pak Jokowi
(PDI-P).” Dari situ
istri saya terlihat tidak mau obyektif dan awalnya selalu memuji-muji Prabowo
dengan alasan kebenciannya dengan PDI-P. Meskipun waktu itupun saya tidak
seberapa suka dengan PDI-P tapi seiring perjalan waktu dan munculnya
fitnah-fitnah yang menyesatkan sayapun menjadi simpatik pada sosok Jokowi,
capres dengan nomor urut 2 tersebut.
Setiap
kali mengingat kekalahannya dalam kancah Pileg 2014 yang lalu, menyisakan
kekecewaan karena PDI-P sudah mengambil suaranya secara mutlak. Selain
kekalahannya oleh caleg PDI-P karena di tubuh partainya sendiri pun diliputi
permainan dan intrik yang curang.
Itu
dulu, tatkala rasa kecewa masih meninggalkan bekas di dada. Namun, saat ini
lambat laun kekecewaan itupun sirna tatkala melihat sepak terjang pak Jokowi
yang semakin terlihat lebih nyata. Sosok yang sederhana dan merakyat dan tidak
membeda-bedakan latar belakang kelompok tertentu.
Sayapun
tak pernah membagus-bagusin pak Jokowi dan menjelek-jelekkan pak Prabowo,
lantaran kapasitas saya yang tidak memiliki kepentingan. Hanya satu kepentingan
saya mudah-mudahan negeri ini dipimpin oleh presiden yang merakyat dan mengerti
keluhan rakyatnya. Itu saja.
Pilihan
istriku berubah tatkala ada milyaran uang terkumpul demi menyumbang pak
Jokowi-JK
Langkah
timses Jokowi-JK tatkala membuka rekening untuk sumbangan kampanye Jokowi-JK
merupakan langkah yang cukup berisiko. Pertama,
menurut pengamat yang kontra Jokowi-JK, dengan membuka rekening tersebut Jokowi
sudah dianggap mempermainkan rakyat karena mereka menuduh ketika Jokowi membuka
rekening sumbangan berarti akan digunakan untuk membayar hutang-hutangnya.
Bahkan istripun menduga justru uang kampanye itu hanya dimanfaatkan oleh
timsesnya saja. Meskipun akhirnya anggapan tersebut dapat dibantahkan karena
keputusan PPATK bahwa apapun transaksi keuangan yang dilakukan atas nama capres
tertentu maka harus diaudit dan dilaporkan secara transparan.
Alasan
kedua, orang-orang yang kontra Jokowi-JK, pun menduga bahwa dengan membuka
rekening tersebut menunjukkan bahwa Jokowi-JK tak layak disebut capres. Bahkan
awalnya istri menganggap pak Jokowi-JK kemaruk karena memanfaatkan uang
sumbangan untuk kepentingan dia sendiri.
Pendapat
beliaupun salah, karena dengan terlibatnya rakyat dalam menyumbang kampanye
Jokowi paling tidak Jokowi sudah terikat kontrak kerja dengan rakyat, bahwa
Capres No 2 ini benar-benar ingin membela rakyat. Bukan membela penguasa dan
pengusaha seperti yang biasanya terjadi tatkala pesta demokrasi dihelat. Tentu
saja, dahulu pun amat wajar pejabat negara begitu gencarnya membela pengusaha
karena sudah terikat perjanjian tidak tertulis bahwa pengusaha manapun yang
sudah menyumbang capres-cawapres berarti kepentingan pengusaha pasti akan didahulukan.
Namun,
tatkala istri melihat bagaimana saat ini Jokowi justru disumbang oleh rakyat,
maka secara otomatis rakyat kecillah yang akan dibelanya dan bukan para
pengusaha kaya.
Beberapa
pertimbangan itupun yang membuat kami semakin sepakat dan kompak bahwa beliau
harus mendukung pencapresan Jokowi-JK meskipun bersebrangan dengan keputusan
partai yang telah mengusungnya dahulu. Bahkan sikapnya inipun ditularkan kepada
guru-guru yang mendidik di PAUD yang dikelolanya, juga masyarakat sekitar yang
juga ingin merasakan kehidupan yang layak jika dipimpin oleh Jokowi-JK. Inipun
karena beliau beralasan sejak lima tahun yang lalu lembaga pendidikan yang
dikelolanya sama sekali tidak diperhatikan oleh pemerintah. Harapannya ketika
negara ini dipimpin Jokowi-JK harapannya keberadaan PAUDnya akan diakui dan
diperhatikan oleh pemerintah. Meskipun keputusan ini adalah keputusan yang
berani dan penuh risiko.
Tapi
itulah keputusan akhir, tatkala terlalu lama mengidolakan militer ternyata
berbuah kekecewaan, maka kini keputusannya berpihak pada seorang capres dari
kalangan orang biasa yang benar-benar mengabdi untuk rakyat. Dialah Joko Widodo
yang bergandengan dengan Jusuf Kalla.
Keyakinannya
semakin kuat tatkala melihat konser dua jari di GBK
Keyakinann
akan pilihannya pada Jokowi-JK semakin besar, tatkala melihat antusiasme
pendukung capres-cawapres No urut 2 ini yang memenuhi lapangan GBK. Mereka
tumpah ruah dari berbagai latar belakang, suku, agama, status sosial, secara
langsung menghadiri perhelatan akbar acara konser yang ditujukan untuk kampanye
Jokowi-JK.
Melihat
betapa antusiasmenya para penonton yang tanpa pamrih dan tanpa dibayar
mendukung pencapresan Jokowi-JK dan berharap pasangan ini akan benar-benar
membela rakyat kecil. Apalagi dalam konser dua jari tersebut Prof. Dr. Quraish
Shihab turut mendoakan kemenangan Jokowi-JK. Sehingga lengkap sudah keyakinan
beliau bahwa capres-cawapres ini benar-benar didukung dari semua kalangan.
Semua karena Jokowi-JK paling merakyat dan mampu mengatasi konflik di
masyarakat.
Saya
hanya terheran-heran melihat keputusan istri saya, ternyata orang yang sangat
memiliki pemikiran yang keras ini luluh oleh sepak terjang Jokowi-JK yang
menurutnya lebih merakyat dan rekam jejaknya lebih jelas.
Melihat
Debat Capres-cawapres tadi malam (05/07) puncak dukungannya pada Jokowi-JK
Beliaupun
melihat acara debat capres-cawapres tadi malam, dan ada beberapa rencana yang
ingin digagas Jokowi-JK sehingga membuat beliau semakin tertarik oleh pasangan
ini.
Pertama, Jokowi-JK ingin mengembalikan hutan di
Indonesia sebagaimana fungsinya, apakah sebagai hutan lindung, hutang produksi
atau hutan yang dikonversi menjadi hak rakyat. Bahkan keputusan Jokowi-JK yang
ingin menetapkan one map
policy menjadikan sebuah keyakinan bahwa pengaturan hutan
merujuk pada satu peta yang menjadi rujukan keberadaan hutan-hutan di
Indonesia. Tujuannya adalah hutan-hutan yang disalah gunakan dan dirusak untuk
kepentingan tertentu akan dikembalikan fungsinya sebagai hutan nasional.
Mengembalikan fungsi hutan lindung sebagai hutan konservasi hayati yang
seharusnya dibiarkan tetap lestari.
Kedua : Jokowi-JK memastikan akan merenegosiasi
ulang perusahaan-perusahaan tambang dalam negeri yang dikelola oleh pengusaha
asing, dengan tujuan agar pemerintah Indonesia mendapatkan keuntungan lebih
dari pengelolaan tambang nasional. Bahkan sepatutnya perusahaan tersebut dapat
dikelola sendiri oleh negara.
Ketiga : Jokowi-JK memastikan bahwa komoditi perdagangan akan diawasi dan diatur secara ketat oleh pemerintah, baik dari produsen sampai pada pedagang-pedagang kecil. Sehingga tingkat harga bisa dikendalikan sehingga mencegah inflasi dan memberikan kesempatan pada konsumen untuk menikmati produk-produk tersebut dengan lebih terjangkau.
Keempat: Jokowi-JK memastikan akan membuka lahan
pertanian 1 juta hektar pertahun, dengan mempertimbangankan membangun terlebih
dahulu sumber air (bendungan) sebagai bagian paling penting jalannya sektor
pertanian. Bahkan beliau berharap pembukaan lahan pertanian dan bendungan
tersebut tidak semata-mata karena kepentingan proyek semata, tapi benar-benar
ingin memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia. Beliau memandang gagalnya sektor
pertanian seperti di papua lantaran kesalahan perencanaan pemerintah.
Pemerintah terlalu berambisi membuka sawah baru dengan merusak hutan tapi tidak
mempersiapkan sumber-sumber airnya.
Kelima:
Jokowi-JK
merencanakan sektor peternakan yang dikelola dalam bentuk koperasi, disatukan
dalam satu tempat di mana didalamnya akan menghasilkan daging yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun ekspor. Selain itu, dengan
menyatukan ternak-ternak para petani dalam satu desa, maka akan menghasilkan
kotoran-kotoran yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik yang
dapat bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.
Keputusan
akhir Jokowi-JK yang membuat semakin meyakinkan adalah tatkala koalisis yang
dibangun adalah koalisis tanpa syarat bagi-bagi kursi. Sehingga jalannya
pemerintahan Jokowi-JK akan terlepas dari kepentingan orang-orang tertentu dan
kebijakannya tidak tersandera oleh kepentingan tertentu pula.
Paling
tidak inilah beberapa hal yang membuat istri semakin kepincut kepada Jokowi-JK
daripada Prabowo. Kehidupan yang sederhana dan merakyat serta bertekat
memperjuangkan rakyat kecil.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar