Adian Napitupulu tertidur saat sidang cukup menarik perhatian dari media dan netizen (merdeka.com) |
Akhir-akhir
ini dunia persilatan Dewan Perwakilan Rakyat sedikit gempar, tak hanya kalangan
dewan yang terhormat, kalangan orang kampung pun membicarakan sosok anggota
dewa dari PDI-P yang tertidur di ruang parlemen. Seperti diberitakan oleh
Tempo beberapa waktu lalu.
Meskipun
jelas-jelas tertidur saat sidang, anggota dewan ini lekas-lekas memembantah dan
berkilah bahwa dia hanya merem alias mejem tapi masih fokus dalam tugasnya. Dan
anehnya lagi, karena dirinya dijepret wartawan, beliau hendak melaporkan media
yang memberitakan dirinya ke pihak kepolisian. Aneh.
Banyak
cibiran dan hujatan yang diarahkan kepada sosok beliau. Bahkan bagi lawan
politik akan langsung menghujat habis-habisan, sambil berujar o..o..o begini ya
seorang anggota dewan kerjaannya tidur melulu di kursi empuk dewan?
Meskipun
demikian tidak sedikit pula yang membela, dan mengelus-elus dada Adian agar
tidak esmosi karena menganggap tidurnya seorang anggota dewan dianggap biasa
saja. Tentu ada pihak yang menyerang dan membela, itu sudah ada dalam kamus
politik di Indonesia. Yang lawan dihujat dan yang kawan dipuji-puji meskipun
masuk ke lubang buaya sekalipun.
Adian
Napitupulu adalah salah satu sosok yang menjadi racun dan penyakit bagi sebuah
partai besar seperti PDI-P, yang tentu saja akan merusak citra partai yang saat
ini tengah berjuang mensukseskan kerja Presiden Joko Widodo. Kasus ini
sebenarnya tidak kali ini saja terjadi, karena kasus anggota dewan tersebut pun
terjadi pada partai lain, entah tertidur, ketiduran, sengaja merem atau sampai
ngiler yang pasti dunia saat ini memperhatikan abdi masyarakat ini dalam
bekerja.
Apakah mereka benar-benar mikirin rakyat atau justru tengah
asyik-asyiknya memikirkan dirinya sendiri dengan gaji yang aduhai. Saat ini
berbeda dengan tempo dulu, di mana seorang anggota dewan begitu bebasnya tidur
di dalam ruang sidang karena sidang selalu tertutup media. Nah, sekarang semua
media menyorot dan memberitakan apapun yang dilakukan mereka. Seandainya mereka
tak takut kamera
Tuhan yang menyorot kegiatan mereka, kamera manusia menjadi
saksi bagaimana hakekatnya pelaksanaan tugas mereka.
Tidak hanya
Adian Napitupulu, kala itu Arifianto kedapatan tengah membuka situs porno pun
membuat heboh dunia berita. Kebetulan Tempo.co juga media yang
memberitakannya. PKS dan Islamlah yang menjadi korban hujatan dan
cibiran, oo begini ya partai Islam ini? kata mereka yang berseberangan. Dan itu
wajar terjadi, siapapun yang salah tentu hukum sosial dan negara akan siap-siap
menghadang. Tidak hanya penjara, bisa juga dipecat dari partai karena ulah
konyolnya ini.
Tapi apakah
pemecatan akan berlaku pula pada Adian karena telah mencemarkan nama baik dewan
dan partai yang mengusungnya? Kayaknya sih nggak mungkin, karena nama baik
partai semakin terancam. Dan benar, seketika itu pihak Adian dan Sekjen PDIP
justru membahas pembelaan kenapa hanya dirinya yang diberitakan padahal ada
anggota dewan yang tidur selain dirinya.
Menolaknya
pemberitaan yang dilakukan Tempo, tentu menjadi preseden buruk bagi pers
nasional karena saat ini menunjukkan sinyal negatif tidak boleh sembarangan
membuat berita tentang seorang politisi. Padahal sejatinya apapun itu, tidak
ada alasan tidur ketika sidang berlangsung. Tidak hanya berlaku bagi partai
kecil, partai besar PDI-P pun sepatutnya tidak mentolerir, karena akan
berseberangan dengan semangat Presiden Jokowi, dengan moto Kerja-kerja dan
kerja, bukan tidur-tidur dan tidur.
Dan yang
lebih aneh lagi, meski sudah bersalah, Adian tak segan-segan ingin melaporkan
media yang memberitakannya dengan alasan yang sangat politis dan terkesan
membela diri.
Nah, jika
berita saja diatur-atur bagaimana kinerja mereka bisa dikontrol?
Salam
Sumber :
Tempo.co, Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar