Jumat, 13 Juni 2014

Kenapa Saya Tak Memihak Prabowo atau Jokowi? Ini Alasannya

Capres2014/bandung-bisnis.com
 
Saya melihat tim sukses kedua kubu sepertinya terlihat semakin gencar menyampaikan kecaman dan hujatan kepada masing-masing lawan. Tak tanggung-tanggung mereka berusaha mematahkan lawan politiknya dengan bermacam-macam argumen yang sama-sama akurat. Paling tidak akurat menurut masing-masing Timses.

Selain gencarnya mereka menyebarkan propaganda yang katanya black campaign, hakekatnya mereka berusaha saling kadal-kadalan. Menyebar isyu seolah-olah yang menyebarkan adalah lawan p0litiknya. Padahal jika ditelusuri menurut kacamata “hitam” hakekatnya penyebar isu tersebut justru adalah yang katanya korban.

Meskipun semuanya menolak dan dengan alot mereka mengatakan bahwa tidak pernah menyebarkan isu tersebut. Nah loh. jika kedua kubu tidak menyebarkan isu menyesatkan dan propaganda murahan lalu siapa yang bermain?

Sebagaimana judul tulisan saya kog kenapa saya tidak memihak Prabowo atau Jokowi.

Tahu nggak Anda semuanya yang saling menghujat dan mencela, rata-rata pelaku keji mereka adalah sosok yang “tidak jelas” karena memakai akun kloningan atau akun abal-abal dengan nama dan foto yang seringkali palsu. Kemungkinan pertama dalam ilmu propaganda politik mereka takut diketahui siapa sebenarnya penulis berita atau opini bahkan isu-isu tersebut. Dengan indikator ini saya sebagai orang yang awam dengan mudah menebak bahwa orang yang menyebarkan isyu itu sengaja membuat konflik dan ingin bermain politik. Seperti kata pepatah seperti mengail di air keruh.

Ketika melihat konflik horizontal karena memperebutkan dukungan “gelap” hakekatnya mereka hanya ingin menyebarkan kekisruhan di dalam kompasiana sendiri. Bahkan lebih dari itu mereka adalah sosok bayaran yang ingin memecah belah umat islam. Secara gitu loh hari gini mana ada yang mau menyebarkan isu dan opini negatif kalau nggak ada kepentingannya.

Pemahaman kedua masih juga sama, mereka sengaja menempatkan posisi yang mau cari aman. Dengan melancarkan aksi menyerang salah satu pihak, hakekatnya pelakunya sudah mendapatkan kepuasan batin karena telah menciptakan konflik di tengah masyarakat. Meskipun tidak semua orang awam membaca situs kompasiana, paling tidak para intelektual muda sengaja dihasut agar saling menghujat dan membenci kedua calon presiden.

Sekali lagi melihat rupa-rupa mereka yang nggak jelas saya jadi semakin kecewa, ternyata kompasiana berisi tikus-tikus yang suka merusak lumbung padi. Mereka berusaha menggerogoti lumbung dari dalam dan ketika semua makanan habis tanpa sisa, mereka akan meninggalkannya.

Jika dianalogikan dengan fikiran awam, sosok pemilik akun kloningan dan beberapa diantaranya adalah akun-akun baru dan nggak jelas kemana mereka berkiblat, hakekatnya mereka adalah para tikus. Bahkan lebih dari itu para ular dan srigala berbulu domba.

Mereka berusaha menjatuhkan satu pihak dengan menyebarkan isu dan black campaign padahal mereka adalah orang ketiga yang sengaja ingin memperoleh keuntungan dari kekisruhan yang muncul.

Beberapa karakteristik timses abal-abal maupun timses beneran adalah mereka melancarkan serangan ke kubu lawan karena ingin bermain dan memancing di air keruh. Dengan cara kotor ingin merusak keharmonisan kompasiana. Bisa dari kompasiana sendiri atau medsos saingan yang saat ini mulai tumbuh.

Dugaan ketiga adalah hakekatnya mereka ingin mengadu domba kedua tokoh dan para konstituen serta simpatisan. Ketika kedua kubu saling emosi dan para pengikut juga terjebak pada pola pikir primitif maka tak ada jalan lain, kedua kubu akan terlibat bentrok karena merasa disakiti dan difitnah oleh pihak lawan. Meskipun hakekatnya bukan dari kedua kubu tapi pihak ketiga yang ingin mendapatkan madunya.

Lagi pula kenapa saya memilih netral, karena nggak ada untungnya juga saya menghujat salah satu capres karena mereka dalah saudara saya yang sama-sama orang muslim. Bodoh sekali jika gara-gara perbedaan pandangan saya harus menghujat keduanya.

Alasan selanjutnya, jika kedua capres ternyata ada yang menduduki tahta kepresidenan, tentu saja popularitas dan segala hal berkaitan materi atau kekayaan menjadi milik mereka. Lah saya, sekarang makan nasi pake tempe, meskipun siapapun presidennya sepertinya posisi saya tidak berubah. Melainkan semua karena usaha dan bekerja secara tekun kalau mendapatkan kesuksesan.

Yang perlu diingat lagi, andaikan Anda ribut-ribut sampai mulut berbusa-busa, kira-kira Prabowo atau Jokowi ingat nggak dengan kehidupan Anda, karena rakyat Indonesia itu jumlahnya tidak sedikit. Jika presiden terpilih kog terus memikirkan Anda yang suka menghujat dan kampanye hitam, apa dikira masyarakat lain nggak akan diurus oleh mereka meskipun yang Anda hujat adalah sama-sama berkesempatan menjadi presiden?

Salam Damai!

Tidak ada komentar: