Capres2014/bandung-bisnis.com |
Saya melihat tim sukses kedua kubu
sepertinya terlihat semakin gencar menyampaikan kecaman dan hujatan
kepada masing-masing lawan. Tak tanggung-tanggung mereka berusaha
mematahkan lawan politiknya dengan bermacam-macam argumen yang sama-sama
akurat. Paling tidak akurat menurut masing-masing Timses.
Selain gencarnya mereka menyebarkan
propaganda yang katanya black campaign, hakekatnya mereka berusaha
saling kadal-kadalan. Menyebar isyu seolah-olah yang menyebarkan adalah
lawan p0litiknya. Padahal jika ditelusuri menurut kacamata “hitam”
hakekatnya penyebar isu tersebut justru adalah yang katanya korban.
Meskipun semuanya menolak dan dengan
alot mereka mengatakan bahwa tidak pernah menyebarkan isu tersebut. Nah
loh. jika kedua kubu tidak menyebarkan isu menyesatkan dan propaganda
murahan lalu siapa yang bermain?
Sebagaimana judul tulisan saya kog kenapa saya tidak memihak Prabowo atau Jokowi.
Tahu nggak Anda semuanya yang saling
menghujat dan mencela, rata-rata pelaku keji mereka adalah sosok yang
“tidak jelas” karena memakai akun kloningan atau akun abal-abal dengan
nama dan foto yang seringkali palsu. Kemungkinan pertama dalam ilmu
propaganda politik mereka takut diketahui siapa sebenarnya penulis
berita atau opini bahkan isu-isu tersebut. Dengan indikator ini saya
sebagai orang yang awam dengan mudah menebak bahwa orang yang
menyebarkan isyu itu sengaja membuat konflik dan ingin bermain politik.
Seperti kata pepatah seperti mengail di air keruh.
Ketika melihat konflik horizontal karena
memperebutkan dukungan “gelap” hakekatnya mereka hanya ingin
menyebarkan kekisruhan di dalam kompasiana sendiri. Bahkan lebih dari
itu mereka adalah sosok bayaran yang ingin memecah belah umat islam.
Secara gitu loh hari gini mana ada yang mau menyebarkan isu dan opini
negatif kalau nggak ada kepentingannya.
Pemahaman kedua masih juga sama, mereka
sengaja menempatkan posisi yang mau cari aman. Dengan melancarkan aksi
menyerang salah satu pihak, hakekatnya pelakunya sudah mendapatkan
kepuasan batin karena telah menciptakan konflik di tengah masyarakat.
Meskipun tidak semua orang awam membaca situs kompasiana, paling tidak
para intelektual muda sengaja dihasut agar saling menghujat dan membenci
kedua calon presiden.
Sekali lagi melihat rupa-rupa mereka
yang nggak jelas saya jadi semakin kecewa, ternyata kompasiana berisi
tikus-tikus yang suka merusak lumbung padi. Mereka berusaha menggerogoti
lumbung dari dalam dan ketika semua makanan habis tanpa sisa, mereka
akan meninggalkannya.
Jika dianalogikan dengan fikiran awam,
sosok pemilik akun kloningan dan beberapa diantaranya adalah akun-akun
baru dan nggak jelas kemana mereka berkiblat, hakekatnya mereka adalah
para tikus. Bahkan lebih dari itu para ular dan srigala berbulu domba.
Mereka berusaha menjatuhkan satu pihak
dengan menyebarkan isu dan black campaign padahal mereka adalah orang
ketiga yang sengaja ingin memperoleh keuntungan dari kekisruhan yang
muncul.
Beberapa karakteristik timses abal-abal
maupun timses beneran adalah mereka melancarkan serangan ke kubu lawan
karena ingin bermain dan memancing di air keruh. Dengan cara kotor ingin
merusak keharmonisan kompasiana. Bisa dari kompasiana sendiri atau
medsos saingan yang saat ini mulai tumbuh.
Dugaan ketiga adalah hakekatnya mereka
ingin mengadu domba kedua tokoh dan para konstituen serta simpatisan.
Ketika kedua kubu saling emosi dan para pengikut juga terjebak pada pola
pikir primitif maka tak ada jalan lain, kedua kubu akan terlibat
bentrok karena merasa disakiti dan difitnah oleh pihak lawan. Meskipun
hakekatnya bukan dari kedua kubu tapi pihak ketiga yang ingin
mendapatkan madunya.
Lagi pula kenapa saya memilih netral,
karena nggak ada untungnya juga saya menghujat salah satu capres karena
mereka dalah saudara saya yang sama-sama orang muslim. Bodoh sekali jika
gara-gara perbedaan pandangan saya harus menghujat keduanya.
Alasan selanjutnya, jika kedua capres
ternyata ada yang menduduki tahta kepresidenan, tentu saja popularitas
dan segala hal berkaitan materi atau kekayaan menjadi milik mereka. Lah
saya, sekarang makan nasi pake tempe, meskipun siapapun presidennya
sepertinya posisi saya tidak berubah. Melainkan semua karena usaha dan
bekerja secara tekun kalau mendapatkan kesuksesan.
Yang perlu diingat lagi, andaikan Anda
ribut-ribut sampai mulut berbusa-busa, kira-kira Prabowo atau Jokowi
ingat nggak dengan kehidupan Anda, karena rakyat Indonesia itu jumlahnya
tidak sedikit. Jika presiden terpilih kog terus memikirkan Anda yang
suka menghujat dan kampanye hitam, apa dikira masyarakat lain nggak akan
diurus oleh mereka meskipun yang Anda hujat adalah sama-sama
berkesempatan menjadi presiden?
Salam Damai!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar